Keberagaman Inklusivitas, dan Teologi Kontekstual. Seiring dengan meluasnya kekristenan ke berbagai penjuru dunia pada abad ke-19, mulai muncul kesadaran bahwa keberagaman—yang berakar dari perbedaan—merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat disangkal. Mengutip Titaley (2013), perbedaan itu tidak dapat ditentukan oleh kehendak

RESUME METODOLOGI STUDI ISLAM MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA,FUNGSI AGAMA DAN RASA INGIN TAHU MANUSIA TENTANG SEGALA SESUATU YANG ADA OLEH ABDUSSALAM FAKULTAS SYARIAH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH INSTITUT AGMA ISLAM HAMZANWADI PANCOR TAHUN 2013 MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA,FUNGSI AGAMA DAN RASA INGIN TAHU MANUSIA TENTANG SEGALA SESUATU YANG ADA A. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya. Dari sini dapat dinyatakan bahwa setiap umat yang ada di atas permukaan bumi, yaitu sejak manusia itu hidup tidak bisa lepas dari akidah dan agama. Demikianlah sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya. Artinya “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan”. Fathir 24 Yang dimaksud dengan kebenaran di sini ialah agama tauhid dan hukum-hukumnya. Yang dimaksud dengan pemberi peringatan adalah seorang nabi, rasul, atau seorang yang alim yang mewarisi ilmu-ilmu para nabi. Ia memberi peringatan kepada semua umat tentang akibat kekufurannya kepada Allah, kepada kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, syariat-syariat-Nya, dan mengancam mereka dari bahaya syirik kepada Tuhan, berbuat maksiat kepada-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, dan apa yang menyertainya, yaitu penyimpangan perilaku berupa kezhaliman, kejahatan dan kerusakan Pengertian Manusia Manusia adalah makhluk hidup yang berbadan tegak, yang kulitnya tampak tidak tertutup bulu, tampak kulitnya, mempunyai akal, pemikiran, akhlak yang utama emosi yang selalu berubah-ubah, perasaan yang benar, daya nalar yang sehat, serta perkataan yang fasih dan jelas. Allah memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian menciptakan keturunannya dari sari pati air yang hina air mani. Dia menciptakan Adam, manusia pertama dari tanah dengan tangan-Nya dan meniupkan roh ciptaan-Nya, lalu darinya Dia ciptakan Istrinya, Hawa. Dia ajarkan kepadanya nama-nama, lalu menyuruh malaikat agar bersujud kepadanya, maka mereka semua bersujud kecuali Iblis yang menolak. Dia melarangnya untuk makan dari satu pohon, lalu dia lupa dan memakannya, maka, dia telah berbuat maksiat dan durhaka karenanya. Lalu dia menerima beberapa kalimat dari Allah dan mengucapkannya, maka Allah menerima taubatnya, kemudian menurunkannya ke bumi sebagai khalifah setelah sebelumnya Dia mempersiapkan bumi itu baginya, dan menyediakan segala apa yang ada di bumi untuk memenuhi kebutuhannya. Itulah manusia dalam keyakinan kita. Dan keyakinan kita tentang manusia ini bersumber dari wahyu langit, yang tidak ada jalan untuk membandingkan, meneliti atau mencari dalil tentangnya, karena hal seperti itu tidak bisa diketahui tanpa berfirman tentang penciptaan Adam, Artinya Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia Adam dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Al-Hijr26 Allah juga berfiman tentang penciptaan manusia, Artinya “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh rahim. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. Al-Mukmin12-14 2. Pengertian Agama Pengertian agama dari segi bahasa antara lain uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata din ﻎن ŰŻ dari bahasa Arab dan kata religi dalam bahasa Eropa. Menurutnya, agama berasal dari kata Sanskrit. Menurut satu pendapat, demikian Harun Nasution mengatakan, kata itu tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun-temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari generasi ke generasi lainnya. Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci, dan agama-agama memang mempunyai kitab-kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan. Pengertian ini tampak menggambarkan salah satu fungsi agama sebagai tuntunan bagi kehidupan manusia. Pada umumnya, kata “agama” diartikan tidak kacau, yang secara analitis diuraikan dengan cara memisahkan kata demi kata, yaitu “a” berarti “tidak” dan “gama” berarti “kacau”. Maksudnya orang yang memeluk agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh, hidupnya tidak akan mengalami kekacauan. Adapun kata religi berasal dari bahasa latin. Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian itu sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dari beberapa definisi tersebut, Harun Nasution menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan sehari-hari manusia. Satu kekuatan gaib yang tak dapat di tangkap oleh pancaindera. Adapun pengertian agama dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet K. Nottinghamdalam bukunya Agama dan Masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat di mana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Selanjutnya karena demikian banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan para ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa dapat diberi definisi sebagai berikut 1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus di patuhi; 2. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang menguasai manusia; 3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia; 4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulakan cara hidup tertentu; 5. Suatu sistem tingkah laku code of conduct yang berasal dari kekuatan gaib; 6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib; 7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia; 8. Ajaran yang diwariskan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul. Pada semua definisi tersebut di atas, ada satu hal yang menjadi kesepakatan semua, yaitu kepercayaan akan adanya sesuatu yang agung di luar alam. Namun, lepas dari semua definisi yang ada di atas maupun definisi lain yang dikemukakan oleh para pemikir dunia lainnya, kita meyakini bahwa agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dari sini, kita bisa menyatakan bahwa agama memiliki tiga bagian yang tidak terpisah, yaitu akidah kepercayaan hati, syari’at perintah-perintah dan larangan Tuhan dan akhlak konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat kepada-Nya. Meskipun demikian, tidak bisa kita pungkiri bahwa asas terpenting dari sebuah agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang harus disembah. B. FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN Secara terperinci agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari beberapa aspek. Diantaranya adalah aspek keagamaan religius, kejiwaan psikologis, kemasyarakatan sosiologis, asal usulnya antropologis dan moral ethics. Dari Aspek Keagamaan Religius Agama menyadarkan manusia, tentang siapa penciptanya. Secara Asal usul Antropologis Agama memberitahukan kepada manusia tentang siapa, darimana, dan mau kemana manusia. Dari segi Kemasyatakatan Sosiologis Sarana-sarana keagamaan sebagai lambang-lambang masyarakat yang kesakralannya bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh seluruh anggota masyarakat. Dan fungsinya untuk mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban Kejiwaan Psikologis Agama bisa menenteramkan, menenangkan, dan membahagiakan kehidupan jiwa seseorang. Dan secara Moral Ethics, agama menunjukkan tata nilai dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berperilaku baik akhlaq mahmudah C. RASA INGIN TAHU MANUSIA Human Quest for Knowledge Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika itu yang diketahuinya hanya ”saya tidak tahu”. Tapi kemudian dengan panca indra, akal, dan jiwanya sedikit demi sedikit pengetahuannya bertambah, dengan coba-coba trial and error, pengamatan, pemikiran yang logis dan pengalamannya ia menemukan pengetahuan. Namun demikian keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya, dan semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah ia apabila tak terjawab. Hal inilah yang disebut dengan rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan menjadi syaratkebahagiaandirinya.

Doktrindoktrin agama yang dimasukkan harus memiliki rasionalitas publik yang dapat diukur dan diobyektivikasi oleh nilai-nilai keba(j)ikan publik yang bersifat non-partisan. Jika boleh memilih, maka "integrasi lunak" adalah opsi yang paling realistis bagi Indonesia yang menganut paham negara "bukan-bukan" (bukan sekuler dan bukan agama).

100% found this document useful 1 vote3K views8 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote3K views8 pagesManusia Dan Kebutuhan Doktrin AgamaJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. KebutuhanManusia untuk Mencari Allah. 3 Untuk membantu kita lebih mengerti agama-agama lain dan latar belakang sejarah mereka, Misalnya, par. 26 di hlm 297 menjelaskan kpd kaum muslimin bahwa kekristenan sejati tidak mengajarkan doktrin Trinitas. Perhatikan bagaimana par. 43 di hlm 229 dapat mendorong minat orang-orang Yahudi berkenaan
Assalamualaikum, video ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam , Dosen Pengampu Bapak Robby Sepria, S.Pd.I., M.PdPresentasi dari
FaktorFaktor Manusia Memerlukan Agama: 1. Kebutuhan akal terhadap pengetahuan mengenai hakikat eksistensi terbesar. 2. Kebutuhan fitrah manusia. 3. Kebutuhan manusia terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani. 4. Kebutuhan masyarakat terhadap motivasi dan disiplin akhlak.
2Sonny Eli Zaluchu, ―Strategi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama,‖ Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 4, no. 1 (2020): 9 Berkhof, Teologi Sistematika: Volume 2 Doktrin Manusia, 54–58. 10 Thiessen, Lectures in Systematic Theology, 154–157.
. 34 178 434 458 84 418 158 6

manusia dan kebutuhan doktrin agama