Agamadan Simbol, Bagaimana Cara Membedakannya? Bagaimana cara membedakan agama dan simbol di sekitar kita. yunizar Ramadhani 12 Desember 2018 4028. Memaknai Kembali Penciptaan Manusia dalam Pemikiran Ali Syariati; Bukti Rasulullah SAW dan Para Khalifah Tidak Memusuhi Pemeluk Agama Lain;
bagaimana cara manusia memaknai simbol – Manusia telah menciptakan simbol sejak lama. Simbol bisa berupa objek, gambar, kata-kata, atau bahkan konsep abstrak. Simbol dapat menyampaikan makna yang mendalam, baik secara dalam atau luar budaya. Cara manusia memaknai simbol dapat bervariasi. Untuk beberapa orang, simbol mungkin bisa memberikan makna religius. Misalnya, bintang tiga dianggap sebagai simbol keberadaan Tritunggal Trinity di agama Kristen. Di luar agama, simbol dapat menggambarkan konsep yang lebih luas. Misalnya, bendera merah, putih, dan biru Amerika Serikat dikenal sebagai simbol kemerdekaan, kesetaraan, dan persatuan. Simbol dapat juga menggambarkan identitas budaya. Kebudayaan yunani kuno menggunakan simbol yang disebut labrys atau palu ganda. Simbol ini juga dikenal sebagai simbol matriarki, karena diyakini menggambarkan kuasa wanita. Kebudayaan lain juga menggunakan simbol untuk menggambarkan hak istimewa tertentu. Misalnya, simbol mata kucing menyimbolkan kekuatan, kebijaksanaan, dan kecerdasan. Simbol juga dapat menggambarkan tema atau ide tertentu. Misalnya, simbol kapal layar menyimbolkan perjalanan, pengembaraan, dan kemungkinan. Ini bisa berarti perjalanan fisik, seperti berkunjung ke tempat baru, atau perjalanan spiritual, seperti belajar tentang masa lalu atau mendapatkan pencerahan. Simbol itu sendiri bisa terkait dengan satu atau lebih aspek kehidupan manusia. Contohnya, simbol pohon menyimbolkan kehidupan, kekuatan, dan abadi. Ini bisa berarti bahwa manusia memahami pohon sebagai sesuatu yang melampaui usia, dan menggunakannya untuk menggambarkan keabadian dan kekuatan. Manusia juga menggunakan simbol untuk mengungkapkan rasa cinta dan simpati. Misalnya, bunga merah jambu adalah simbol cinta antara manusia. Simbol-simbol ini mungkin tidak berarti apa pun untuk orang lain, tetapi bisa berarti banyak bagi orang yang menyimpannya. Dalam kesimpulan, cara manusia memaknai simbol bervariasi. Simbol dapat menyampaikan makna religius, menggambarkan identitas budaya, menggambarkan tema atau ide, menyimbolkan aspek kehidupan, dan bahkan menggambarkan cinta dan simpati. Setiap orang bisa memiliki arti yang berbeda ketika melihat simbol, jadi penting untuk menyadari arti yang berbeda-beda yang mungkin dimiliki oleh simbol. Rangkuman 1Penjelasan Lengkap bagaimana cara manusia memaknai simbol1. Manusia telah menciptakan simbol sejak lama untuk menyampaikan makna yang mendalam. 2. Simbol dapat memiliki arti religius atau menggambarkan konsep yang lebih luas. 3. Simbol juga dapat menggambarkan identitas budaya dan hak istimewa tertentu. 4. Simbol juga dapat menyimbolkan tema atau ide tertentu. 5. Simbol dapat juga menggambarkan aspek kehidupan manusia. 6. Simbol juga dapat menggambarkan cinta dan simpati. 7. Cara manusia memaknai simbol bervariasi dan setiap orang bisa memiliki arti yang berbeda. Penjelasan Lengkap bagaimana cara manusia memaknai simbol 1. Manusia telah menciptakan simbol sejak lama untuk menyampaikan makna yang mendalam. Simbol adalah sesuatu yang kompleks yang telah menjadi bagian dari masyarakat manusia sejak dahulu. Simbol adalah sebuah tanda yang dapat menyampaikan makna yang mendalam, yang dapat dibaca oleh masyarakat manusia. Banyak simbol yang telah digunakan manusia sejak lama, di mana simbol-simbol ini dapat berupa tanda, lambang, bentuk ataupun lukisan. Manusia telah menciptakan simbol sejak lama untuk menyampaikan makna yang mendalam. Simbol-simbol ini dapat ditemukan dalam banyak bentuk, mulai dari tulisan, gambar, simbol, bentuk dan lainnya. Simbol-simbol ini dapat mencerminkan gagasan, pemikiran, dan pandangan yang bervariasi. Simbol-simbol ini dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata, yang dapat menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan gagasan dan perasaan. Simbol juga dapat digunakan untuk menyampaikan makna mendasar dari sebuah budaya. Secara umum, simbol-simbol dapat digunakan untuk menggambarkan ide atau konsep tertentu. Misalnya, simbol-simbol seperti bintang, bulan, dan matahari dapat berarti ketenangan, keindahan, dan kesucian. Simbol-simbol ini juga dapat digunakan untuk mewakili konsep dasar dalam sebuah agama, seperti simbol-simbol dalam agama Kristen, seperti salib, anjing, dan anak tangga. Selain itu, simbol juga dapat berfungsi sebagai lambang kekuatan, kemuliaan, dan kekuasaan. Simbol-simbol seperti bendera, cincin, dan mahkota dapat menggambarkan kekuatan dan kemuliaan. Simbol-simbol seperti liontin, liontin, dan mahkota dapat menggambarkan kekuasaan dan kemuliaan. Simbol-simbol ini dapat digunakan untuk menyampaikan makna yang mendalam dan mencerminkan hubungan antara manusia dan alam semesta. Manusia juga dapat menciptakan simbol-simbol baru untuk menyampaikan makna tertentu. Simbol-simbol yang telah diciptakan oleh manusia dapat memiliki makna yang berbeda-beda tergantung dari konteks budaya dan kultural di mana mereka digunakan. Contoh, simbol-simbol yang diciptakan di sebuah wilayah tertentu dapat memiliki makna yang berbeda dari wilayah lainnya. Simbol-simbol yang telah diciptakan oleh manusia juga dapat menyampaikan makna yang mendalam dan menyebarkan gagasan yang kuat ke berbagai masyarakat. Secara keseluruhan, simbol-simbol yang telah diciptakan manusia sejak lama telah berhasil menyampaikan makna yang mendalam. Dalam beberapa kasus, simbol-simbol ini bahkan dapat menyampaikan makna atau gagasan yang lebih dalam daripada yang dapat disampaikan dengan kata-kata. Simbol-simbol yang telah diciptakan manusia juga dapat berfungsi sebagai lambang kekuatan, kemuliaan, dan kekuasaan. Simbol-simbol yang telah diciptakan manusia juga dapat menyampaikan makna yang bervariasi, tergantung dari konteks budaya dan kultural di mana mereka digunakan. 2. Simbol dapat memiliki arti religius atau menggambarkan konsep yang lebih luas. Manusia telah lama menggunakan simbol untuk mengenali dan mengungkapkan hal-hal yang penting di dalam kehidupan mereka. Simbol adalah bagian yang penting dari budaya manusia yang membantu mereka mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan spiritual. Dengan memahami simbol, manusia dapat memahami tingkat kognitif yang lebih tinggi, yang memungkinkan mereka untuk mengetahui dan memahami dunia di sekitarnya. Simbol dapat memiliki arti religius atau menggambarkan konsep yang lebih luas. Arti religius dari simbol dapat mengacu pada berbagai agama dan keyakinan. Contoh simbol religius termasuk lambang-lambang, simbol, dan simbol-simbol yang mewakili agama tertentu. Sebagai contoh, Swastika adalah simbol Hindu yang mewakili kemurnian dan kesucian. Simbol Kristen, seperti salib, mewakili keselamatan di dalam Kristus. Selain menggambarkan arti religius, simbol juga dapat menggambarkan konsep yang lebih luas. Konsep ini dapat mencakup konsep abstrak, seperti cinta, kasih sayang, dan persahabatan. Simbol ini juga dapat menggambarkan konsep-konsep seperti kebebasan, keadilan, dan keadilan. Contoh simbol yang menggambarkan konsep ini adalah bendera Amerika Serikat, yang menggambarkan kebebasan dan kemerdekaan bagi semua orang. Simbol dapat memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda. Misalnya, bagi orang Kristen, salib dapat mewakili keselamatan di dalam Kristus, namun bagi orang Hindu, Swastika dapat mewakili kemurnian dan kesucian. Hal ini memungkinkan orang untuk mengungkapkan nilai-nilai dan keyakinan spiritual mereka secara visual. Ini membuat simbol sangat penting dan berharga bagi masyarakat. Simbol dapat menjadi alat yang kuat dalam mengungkapkan gagasan dan konsep. Dengan memahami simbol, orang dapat mengakses tingkat kognitif yang lebih tinggi dan mengetahui dunia di sekitarnya. Simbol juga dapat memiliki arti religius atau menggambarkan konsep abstrak. Ini membuat simbol sangat penting bagi manusia karena memungkinkan mereka untuk mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan spiritual mereka. 3. Simbol juga dapat menggambarkan identitas budaya dan hak istimewa tertentu. Simbol memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Secara umum, simbol adalah bentuk visual yang mewakili atau menggambarkan ide, konsep, kata, nama, objek, kualitas, atau kegiatan tertentu. Simbol dapat menjadi petunjuk dalam menafsirkan makna dari suatu peristiwa atau objek. Simbol juga dapat menggambarkan identitas budaya dan hak istimewa tertentu. Simbol budaya dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk seni, musik, bahasa, dan kebiasaan. Simbol ini sering menggambarkan sejarah, keyakinan, dan tradisi yang melekat pada suatu kebudayaan. Mereka juga digunakan untuk menyampaikan pesan atau untuk menghormati orang lain. Simbol budaya dapat menjadi salah satu cara untuk menghormati dan menghargai budaya orang lain, dan menyumbang pada kebanggaan budaya yang dimiliki suatu kelompok. Simbol hak istimewa juga dapat memainkan peran penting dalam menciptakan identitas budaya. Simbol-simbol ini dapat menggambarkan hak-hak yang dimiliki oleh suatu kelompok atau individu. Misalnya, bendera atau lambang merupakan simbol hak istimewa yang dihormati oleh suatu negara atau kelompok. Simbol-simbol ini juga dapat diartikan sebagai simbol hak istimewa yang dimiliki oleh suatu kelompok atau individu. Simbol budaya dan hak istimewa juga dapat berfungsi sebagai alat untuk mengikat suatu budaya. Simbol-simbol ini dapat menjadi simbol identitas yang melekat pada suatu kelompok atau individu, dan menyatukan mereka dalam suatu budaya tertentu. Simbol ini juga dapat menyatukan berbagai kebudayaan dan mengikat mereka dalam sebuah tradisi yang terus berkembang. Simbol budaya dan hak istimewa memainkan peran penting dalam menafsirkan makna yang melekat pada suatu kebudayaan. Simbol-simbol ini sering digunakan untuk menyampaikan pesan atau untuk menghormati orang lain. Mereka dapat menggambarkan sejarah, keyakinan, dan tradisi yang melekat pada suatu kebudayaan. Simbol-simbol ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk menghormati dan menghargai budaya orang lain, dan menyumbang pada kebanggaan budaya yang dimiliki suatu kelompok. 4. Simbol juga dapat menyimbolkan tema atau ide tertentu. Simbol adalah salah satu bentuk komunikasi yang berbeda dari kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan konsep. Simbol bisa berupa benda, tanda, gambar, ikon, atau bentuk lain yang dapat menyampaikan makna yang lebih luas. Simbol-simbol ini dapat menyampaikan makna secara langsung atau tidak langsung, dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, ide, atau konsep dengan lebih baik daripada kata-kata. Simbol dapat dimaknai dengan berbagai cara, tergantung pada konteks dan pengalaman orang yang melihatnya. Mereka dapat disalin dari budaya lain, atau dibuat dan dipahami secara lokal. Simbol dapat memiliki makna yang berbeda-beda bagi orang berbeda yang melihatnya. Misalnya, sebuah simbol dapat memiliki makna berbeda bagi orang yang menggunakan bahasa yang berbeda, atau yang tinggal di daerah yang berbeda. Simbol juga dapat menyimbolkan tema atau ide tertentu. Misalnya, simbol bendera merah, putih, dan biru untuk Amerika Serikat menyimbolkan kebanggaan, persatuan, dan cinta tanah air. Simbol bendera merah, putih, dan ungu untuk Indonesia menyimbolkan semangat nasionalisme dan persatuan. Simbol-simbol ini dapat digunakan untuk menyatakan semangat patriotik, kepemimpinan, dan ideal-ideal nasionalisme. Mereka juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tentang toleransi, keadilan, dan kasih sayang. Simbol-simbol juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan tentang kepercayaan, spiritualitas, atau agama. Misalnya, simbol salib menyimbolkan kepercayaan Kristen, simbol kaligrafi menyimbolkan kepercayaan Islam, dan simbol yin-yang menyimbolkan kepercayaan Taosime. Simbol-simbol ini dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tentang kasih sayang Tuhan, kesetiaan, dan penerimaan. Simbol-simbol juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tentang perdamaian, keadilan sosial, dan toleransi. Misalnya, simbol kedamaian menyimbolkan perdamaian dunia dan toleransi antarkepercayaan, dan simbol hak asasi manusia menyimbolkan keadilan sosial dan hak-hak asasi manusia. Simbol-simbol ini dapat digunakan untuk menyatakan semangat damai dan mempromosikan hak-hak manusia. Makna simbol juga dapat berubah seiring dengan waktu. Simbol-simbol yang dapat menyampaikan pesan-pesan tertentu pada satu waktu, dapat menyampaikan pesan-pesan yang berbeda pada waktu lain. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks dari simbol-simbol yang digunakan untuk memastikan bahwa maksud yang dimaksud dapat diterima dengan baik. Dalam kesimpulan, simbol dapat dimaknai dengan berbagai cara, tergantung pada konteks dan pengalaman seseorang. Simbol juga dapat menyimbolkan tema atau ide tertentu, seperti kebanggaan, persatuan, dan cinta tanah air. Simbol-simbol ini dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tentang kepercayaan, spiritualitas, toleransi, keadilan sosial, dan hak-hak manusia. Penting untuk memahami konteks dari simbol-simbol yang digunakan untuk memastikan bahwa maksud yang dimaksud dapat diterima dengan baik. 5. Simbol dapat juga menggambarkan aspek kehidupan manusia. Manusia telah lama menggunakan simbol untuk menyampaikan ide dan pikiran yang tidak dapat dengan mudah diungkapkan dengan kata-kata. Simbol menyediakan cara untuk menggambarkan konsep dan gagasan yang berbeda dari apa yang tampaknya sebagai abstrak dan tak terdefinisi. Sebagai contoh, lambang bintang digunakan untuk menggambarkan keberuntungan, kekuatan, dan harapan, meskipun bintang itu sendiri tidak memiliki karakteristik apa pun yang secara langsung menyiratkan hal-hal tersebut. Simbol dapat digunakan untuk menggambarkan banyak hal, mulai dari konsep abstrak seperti cinta dan keadilan, hingga hal-hal yang lebih konkret seperti perang dan kematian. Simbol juga dapat digunakan untuk menggambarkan aspek kehidupan manusia. Sebagai contoh, lambang teka-teki bisa menyiratkan misteri dan kesulitan, yang merupakan aspek yang terkait dengan kehidupan manusia. Simbol lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan aspek kehidupan manusia adalah lambang hati. Lambang hati dapat digunakan untuk menggambarkan kasih sayang, cinta, dan bahkan pengorbanan. Selain itu, lambang pohon juga dapat digunakan untuk menggambarkan kehidupan, karena pohon menyiratkan kehidupan, pertumbuhan, dan keabadian. Simbol-simbol ini dapat digunakan untuk menggambarkan emosi manusia, seperti ketakutan, harapan, dan kekuatan. Simbol-simbol ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan perasaan dan pengalaman manusia, seperti cinta, putus asa, dan kebahagiaan. Simbol-simbol ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan konsep abstrak seperti keadilan, kebenaran, dan kebijaksanaan. Dalam beberapa budaya, simbol-simbol tertentu dapat memiliki arti khusus yang berbeda dari arti yang diberikan oleh simbol-simbol lain. Contohnya, dalam budaya Mesir Kuno, sapi merupakan simbol dari kuasa dan kemakmuran. Di sisi lain, sapi dalam budaya India menyiratkan kedamaian dan harmoni. Simbol-simbol seperti ini dapat digunakan untuk menggambarkan aspek-aspek tertentu yang unik dari kehidupan manusia di setiap budaya. Manusia telah lama menggunakan berbagai jenis simbol untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaan. Simbol dapat digunakan untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia dan simbol-simbol tertentu dapat memiliki arti khusus dalam budaya tertentu. Simbol-simbol ini dapat digunakan untuk menggambarkan konsep abstrak seperti cinta dan keadilan, serta emosi dan pengalaman manusia. 6. Simbol juga dapat menggambarkan cinta dan simpati. Simbol adalah penanda yang dapat digunakan untuk menyampaikan makna. Simbol dapat digunakan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan pengalaman. Simbol juga dapat menggambarkan cinta dan simpati. Hal ini tergantung pada bagaimana masing-masing orang menafsirkannya. Manusia menafsirkan simbol secara subjektif. Mereka menggunakan simbol untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman mereka. Simbol juga dapat menggambarkan cinta dan simpati yang dirasakan oleh seseorang. Misalnya, simbol seperti hati mungkin digunakan untuk menggambarkan cinta yang dikagumi. Atau, simbol seperti tangan yang berjabat dapat menggambarkan simpati atau dukungan yang diberikan antara dua orang. Simbol juga dapat digunakan untuk mengungkapkan berbagai macam perasaan dan pengalaman. Misalnya, simbol seperti bintang dapat menggambarkan harapan dan harapan. Atau, simbol seperti kupu-kupu dapat menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan. Simbol juga dapat menggambarkan cinta dan simpati, seperti simbol seperti mawar yang digunakan untuk menggambarkan cinta yang dikagumi dan simbol seperti pelukan untuk menggambarkan simpati. Simbol dapat digunakan untuk berbicara tanpa kata-kata. Mereka dapat menggambarkan perasaan dan pengalaman yang tak tertulis. Pemahaman simbol dapat berbeda antara satu orang dengan yang lain. Hal ini berarti bahwa simbol dapat ditafsirkan dengan berbagai cara berdasarkan pengalaman dan budaya masing-masing orang. Kesimpulannya, simbol juga dapat menggambarkan cinta dan simpati. Simbol dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman tanpa menggunakan kata-kata. Simbol dapat ditafsirkan dengan berbagai cara oleh masing-masing orang. Oleh karena itu, simbol dapat digunakan untuk mengungkapkan berbagai macam perasaan dan pengalaman. 7. Cara manusia memaknai simbol bervariasi dan setiap orang bisa memiliki arti yang berbeda. Simbol merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Mereka adalah lambang dari berbagai hal, mulai dari ide, perasaan, konsep, dan kenyataan. Simbol juga berfungsi sebagai penghubung antara orang satu sama lain, dan antara orang dengan alam. Simbol memungkinkan komunikasi antara orang yang berbeda dan juga antara orang dengan alam. Cara manusia memaknai simbol bervariasi. Setiap orang bisa memiliki arti yang berbeda untuk simbol tertentu, tergantung pada latar belakang mereka, pengalaman, dan budaya. Sebagai contoh, simbol berbentuk kepala, mata, dan cakar disebut sebagai simbol keberuntungan di banyak budaya. Namun, beberapa orang mungkin memaknai simbol ini sebagai tanda bahaya. Untuk memahami simbol yang berbeda, orang harus memperhatikan konteks dan bagaimana simbol tersebut digunakan. Arti dari simbol bisa berubah-ubah tergantung dari bagaimana orang menggunakan simbol tersebut. Sebagai contoh, simbol lingkaran dapat mewakili kehidupan, keberuntungan, dan kesempurnaan. Namun, di beberapa budaya, lingkaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang tak berujung atau tidak berakhir. Faktor lain yang mempengaruhi cara orang memaknai simbol adalah konteks budaya. Budaya dapat mempengaruhi arti simbol tertentu dan bagaimana orang meresponsnya. Sebagai contoh, di beberapa budaya, simbol berbentuk kupu-kupu mewakili kelahiran kembali. Namun, di budaya lain, kupu-kupu mungkin dianggap sebagai tanda kematian atau kehancuran. Ada juga simbol yang dibuat oleh manusia, seperti simbol logo dan lambang politik. Simbol seperti ini dapat diartikan sedemikian rupa oleh setiap orang, tetapi mungkin tidak sama. Sebagai contoh, logo “Apple” mungkin diartikan sebagai sesuatu yang berkelas oleh beberapa orang, sedangkan yang lain mungkin mengartikannya sebagai sesuatu yang sederhana atau modern. Kesimpulannya, cara manusia memaknai simbol bervariasi. Setiap orang bisa memiliki arti yang berbeda untuk simbol tertentu, dan arti simbol ini bisa berubah-ubah tergantung dari budaya yang berlaku, konteksnya, dan bagaimana orang menggunakan simbol tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana simbol digunakan dan diartikan oleh orang lain sebelum menggunakannya atau membuat simbol baru.
Citarumadalah kedaulatan kita. Kita harus berdaulat pada SDA yang ada, memiliki kuasa untuk mengolahnya, dan punya tanggung jawab menjaganya. Menjaga dan memelihara Citarum untuk ditata menjadi harum, merupakan simbol keseimbangan hidup manusia dengan alam. Siapa saja yang merusak dan tidak mendukung keseimbangan itu, kita lawan. Home Articles Fon dalam Budaya Merupakan Bagian semenjak Komunikasi Geertz kerumahtanggaan Sobur, 2006 178 mengatakan bahwa tamadun yaitu sebuah pola berpokok makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol nan diwariskan melalui rekaman. Kebudayaan yaitu sebuah sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan kerumahtanggaan bentuk-gambar simbolik melalui mana manusia berkomunikasi, mengekalkan, dan memerkembangkan maklumat tentang kebudayaan dan bersikap terhadap semangat ini. Mengamati apa yang diungkapkan oleh Geertz tersebut dapat diambil sebuah pemahaman bahwa basyar, ibarat makhluk berbudaya, berkomunikasi dengan melontarkan dan memaknai tanda baca melalui jalinan interaksi sosial yang terjadi. Simbol dengan demikian merupakan sebuah nubuat privat memerluas n wawasan para masyarakat budaya. Proses komunikasi yaitu proses pemaknaan terhadap simbol-huruf angka tersebut. Melangkaui pemaknaan inilah kemudian manusia mencari senggang dan berbagi mengenai realitas. Melalui pemaknaan ini pulalah manusia mengambil peranannya dalam kebudayaan. Syam 2009 42 mengungkapkan bahwa simbol menyibakkan sesuatu yang sangat berguna bikin melakukan komunikasi. Berdasarkan barang apa yang disampaikan Syam tersebut, huruf angka dengan demikian memiliki peran penting dalam terjadinya komunikasi. Dalam analisis interaksionisme simbolik, simbol sendiri diciptakan dan dimanipulasi oleh insan-individu yang bersangkutan demi meraih pemahamannya, baik tentang diri maupun mengenai publik. Puas dasarnya tanda baca dapat dimaknai baik kerumahtanggaan lembaga bahasa verbal maupun tulangtulangan bahasa non oral pada pemaknaannya dan wujud riil pecah interaksi bunyi bahasa ini terjadi dalam kegiatan komunikasi. Saat seorang komunikator memancarkan satu isyarat pesan, baik oral maupun non verbal, komunikan berusaha memaknai stimuli tersebut. Di sinilah terjadi sebuah proses sosial dimana kedua belah pihak berusaha buat menjatah andil terhadap proses komunikasi yang terjadi saat itu. Karena itu komunikasi sebenarnya tidak boleh dilihat bagaikan sebuah proses tertinggal kerjakan berinteraksi antar simbol melainkan selanjutnya kembali, komunikasi ialah proses interaksi makna yang terkandung dalam huruf angka-tanda baca yang digunakan. Dengan demikian, proses komunikasi dapat kembali menjadi sarana nan digunakan untuk meperkenalkan sesuatu kepada pihak tidak melalui lambang yang digunakannya untuk memajukan suatu pesan. Adapun perihal lambang atau bunyi bahasa di sini mencantol adapun simbol verbal yang disampaikan dengan menunggangi bahasa dan juga lambang yang diperlihatkan melalui kebendaan, warna, dan kejadian penunjang lainnya. GM Dikutip dari Thesis Manjapada Intersubjektif Penduduk Penghayat Distribusi Kebatinan Perjalanan, Unpad 2012 Gayes Mahestu budaya komunikasi simbol Padadasarnya simbol dapat dimaknai baik dalam bentuk bahasa verbal maupun bentuk bahasa non verbal pada pemaknaannya dan wujud riil dari interaksi simbol ini terjadi dalam kegiatan komunikasi. Saat seorang komunikator memancarkan suatu isyarat (pesan), baik verbal maupun non verbal, komunikan berusaha memaknai stimuli tersebut. Antropologia, como o próprio nome sugere antropo = homem; logia = estudo é a ciência que se desvinculou da filosofia e ganhou objeto específico de estudo, que é a análise da origem, desenvolvimento, evolução do homem, a partir das suas condições físicas, biológicas, anatômicas e histórico-culturais. Para o estudioso Leslie White, o símbolo é a unidade básica do comportamento humano. A civilização só existe em razão do comportamento simbólico, característico do homem. A partir da teoria da evolução de Darwin, muito se questionou sobre o que é o homem e qual a sua diferença em relação aos demais animais mamíferos superiores. Diante de dados anatômicos, percebeu-se que a caixa craniana do homem era maior e que, por essa razão, seu cérebro também o era. Dessa forma, o pensamento, o raciocínio, a compreensão etc. estavam vinculados a um maior poder de associação de ideias derivado das faculdades mentais humanas. No entanto, Leslie constatou que a diferença entre os homens e os outros animais era uma diferença qualitativa e não quantitativa. Isto quer dizer que o homem usa símbolos para existir, mas que estes símbolos são criados, inventados, pelos próprios humanos, diferente do animal, que pode ser condicionado por símbolos, mas jamais poderá criá-los. Esse poder de criar símbolos é especificamente humano não há outros seres que o façam, nem graus intermediários. Símbolo é uma coisa cujo valor ou significado é atribuído pelos seus usuários. Este valor nunca é determinado pelas características físicas do objeto em questão, isto é, de suas propriedades intrínsecas, mas sempre por algo arbitrário que se torna convencional. Por exemplo, a palavra VER. Nenhuma destas letras, juntamente ou separadas, indica uma ação de visualizar algo em francês se diz VOIR, em inglês, TO SEE etc.. O sentido faz parte da valoração coletiva sobre algo, é imaterial, mas é preciso que alguma coisa física represente o sentido, perpassando nossa experiência. Leslie também faz a distinção entre símbolo e signo. O primeiro é a criação do valor de algo. O signo é a indicação de um valor já criado. É uma forma física cuja função é indicar alguma outra coisa, qualidade ou fato. O sentido de um signo pode ser inseparável de sua forma física como, por exemplo, o termômetro com a coluna de mercúrio que indica a quantidade de calor ou apenas separado, desde que analogamente evidencie a coisa previsão do tempo, por exemplo.Não pare agora... Tem mais depois da publicidade ; Vejamos um exemplo tanto um cachorro quanto um homem podem ser condicionados a perceber um som através das letras S-E-N-T-A e desenvolver um comportamento. No entanto, o sentido dessa palavra só o homem pode dar, criar ou inventar, já que o animal é incapaz. Outro exemplo para nós da civilização judaico-cristã ocidental, o preto é a cor do luto, representando tristeza, saudade de quem se foi, enquanto que para alguns países orientais, é o amarelo, pois a morte é um momento de alegria em razão da libertação do corpo e da alma. A cruz, que representa o sofrimento de Cristo, é totalmente estranha para um canibal africano. Também são notáveis as experiências que Leslie acompanhou. A criação de uma criança, juntamente com um macaco símio evidenciou que por mais semelhantes que sejam, tendo a mesma educação, logo a criança se desenvolve, juntamente a fala e a reflexão, a construção e a superação de exercícios que o animal não consegue sequer problematizar. Fica evidenciado, então, que a natureza do homem e a dos animais são diferentes e que estudar o homem vai além das suas condições físicas, mas também das condições históricas, porque a nossa história é a história que construímos livremente a partir de símbolos que chamamos valores culturais. Por João Francisco P. Cabral Colaborador Brasil Escola Graduado em Filosofia pela Universidade Federal de Uberlândia - UFU Mestrando em Filosofia pela Universidade Estadual de Campinas - UNICAMP KesalahanManusia Memaknai Simbol. Bagi beberapa orang, penjelasan dari simbol memang memiliki makna tersendiri bagi yang membacanya. Namun hal ini disalah artikan oleh beberapa orang dan beranggapan bahwa simbol yang mereka pahami menjadi bukti yang hakiki dan harus dipercaya. Sehingga kerap kali mereka terjebak dalam pembenaran terhadap
Oleh Daru Nurdianna AKHIR-akhir ini, ada sebuah kegaduhan’ perihal makna dari simbol tertentu yang digunakan seorang designer dan di interpretasi ke ideologi tertentu oleh kalangan masyarakat tertentu. Hal ini sedikit mengusik saya. Sebagai designer grafis freelance kelas teri, saya akan sharing perihal persoalan simbol-simbol ini. Dengan pendekatan dari sebuah ilmu yang pernah saya coba pelajari, yakni ilmu mendesain sebuah logo, semiotika dan membuat branding. Sebelumnya saya tegaskan lagi dulu bahwa logo, brand identity dan brand adalah suatu hal yang berbeda lho ya. Logo atau yang biasa disebut juga simbol, adalah identitas yang tampak sebagai salah satu bagian dari konstruksi brand Brand Identity. Tepatnya sebagai elemen visual. Surianto Rustam, dalam bukunya yang berjudul Logo’, mengatakan bahwa jika ibarat manusa, logo adalah wajahnya. Lalu, brand identity adalah hierarki yang lebih luas dari simbol, namun masih dalam elemen visual. Ia mencakup logo, warna, typeface, layout, packaging dan aspek visual empiris lain sebagainya. Kalau ibarat manusia, ya jaketnya, seragamnya, potongan rambutnya, outfitnya dan lain semacamnya. “Brand identity is tangible and appeals to the senses. You can see it touch it, hear it, watch it move; fuels recognition, amplifies differentation, and make big ideas and meaning accessible; takes disparate element and unifies them into whole system“. Alina Wheeler, Designing Brand Identity, New Jersey John Wiley & Sons, Inc, 2013, 4. Adapun brand, ia adalah semua hal tentang sebuah produk, lembaga, atau kelompok itu. Ibarat manusia tadi, ia mencakup penampilan visualnya tadi, lalu pemikirannya, kecerdasan, akhlak, sikap, integritas dan lain sebagaianya. Atau, sederhananya brand adalah penilaian citra yang diberikan dari orang lain terhadap diri kita. Maka dapat ditarik kesimpulan yang sederhana, bahwa simbol atau logo adalah salah satu tanda visual utama yang sengaja diberikan makna atau nilai tertentu sebagai identitas visual sebuah brand. Ia adalah sesuatu yang empiris. Jadi, bisa dilihat, didengar ataupun disentuh yang membuat kita bisa mengenali sebuah kelompok, produk, organisasi, atau sebuah perusahaan tertentu dari pengalaman interaksi dengannya. Jadi itu beberapa hal dasar yang perlu kita pahami dulu. Lalu, apa pentingnya identitas itu? Karena bangunan identitas itu sangat penting untuk mengenalkan, menguatkan, menyebarkan sebuah produk atau layanan atau organisasi dan atau ideologi tertentu. Jika kita fokus pada ideologi dan sebuah pengikut tertentu, logo dan simbol-simbol merupakan salah satu elemen identitas yang sudah digunakan sejak zaman dulu dari berbagai peradaban manusia di muka bumi. Dari Timur sampai Barat. Selatan sampai Utara. Nah, salah satunya adalah paham iluminati yang khas dengan segitiga dan mata satu itu. Ada juga zionis bintang david, salib, bulan bintang, simbol nazi, freemason, yin-yang dan lain-lain masih banyak lagi. Baca Pelecehan Simbol-simbol Islam Harus Dilawan! Tumpang Tindih dan Rebutan Pemaknaan Identitas Visual Simbol-simbol sebagai perwakilan brand tertentu ini akan menjadi merepotkan jika ada akuisisi pemaknaan simbol-simbol tertentu yang sama dari berbeda pemikiran. Contoh akhir-akhir ini yang juga marak, adalah gerakan LGBT misal, yang membuat identitas visual mereka dengan warna pelangi. Visual asli dari alam yang bermakna umum digeser dengan pemaknaan simbol. Disini mereka memakai sesuatu yang sebelumnya ada di alam. Yaitu, pelangi. Gara-gara kaum LGBT ini, kita jadi repot kalau mau membuat desain yang full color ala pelangi, bisa-bisa kena penilaian bahwa mendukung LGBT. Padahal niat designer sama sekali tidak pro LGBT. Kemudian, secara pribadi, hal-hal seperti ini merepotkan. Sebagai designer yang anti LGBT dan Iluminati, kami biasanya memilih menghindarinya. Hal ini karena gak mau repot ngurusin orang lain yang misinterpretasi dan mengira pro paham-paham itu. Karena zaman sekarang banyak orang yang mudah menilai dan pandai berkomentar di kehidupan media sosial ini. Rasa-rasanya mengurusi orang yang minim analisis dan emosinal serta sembrono itu sangat merepotkan. Serba salah paham. Nambah-nambahin kerjaan dan beban pikiran. Kemudian, di sisi penting lainnya, simbol pada intinya digunakan juga sebagai pembeda. Ini nih, merepotkan ketika ada sebuah tumpang tindih pemaknaan pada bangun-bangun yang sederhana seperti segitiga, lingkaran, bintang dan lain-lain yang sifatnya ada di alam dan universal. Ia sengaja dicipta agar jadi pembeda dengan yang lain, tapi pemaknaanya tumpang tindih dengan simbol yang sama dari pemikiran yang berbeda. Merepotkan bukan? Pun, kaidah dasar membuat desain yang baik adalah memiliki ide dan pesan yang jelas yang tidak memiliki unsur ambigu dan interpretasi yang beragam. Kayak nulis. Kalimat yang baik adalah kalimat yang memiliki ide yang jelas, tidak ada ambiguitas, dan tidak memiliki unsur yang membuat beragam interpretasi. Juga desain yang baik adalah bagaimana desain itu bekerja. Jadi tidak hanya sekedar apakah enak dilihat saja, Lur. Steve Job pernah mengatakan, sebuah quote yang begitu terkenal “Most people make the mistake of thinking design is what it looks like. People think it’s this veneer – that the designers are handed this box and told, “Make it look good!” That’s not what we think design is. It’s not just what it looks like and feels like. Design is how it works.” Maka, menghindari simbol-simbol yang telah dimaknai oleh kelompok tertentu itu adalah pilihan yang kami anggap paling aman. Agar pesan kami melalui desain visual itu tersampaikan dengan baik, bukan malah menjadi rumit. Empan Papan Jadi disini sebaiknya kita mengindari terjadinya tumpang tindih dan perebutan pemaknaan terhadap shapes atau bangun-bangun tertentu itu, yang dijadikan simbol bersemayamnya sebuah ideologi. Catatan penting bagi designer. Kita tidak bisa memaksakan apa yang ada di alam pikir kita, dengan alam pikir masyarakat luas. Kalau bahasa orang Jawa, kudu empan papan. Yakni harus pandai menempatkan diri. Maka disini adalah, bagi designer hendaknya pandai dalam menempatkan sebuah karya pada tempat yang tepat. Agar tidak timbul misinterpretasi. Nabi ﷺ bersabda من تشبه بقوم فهو منهم “Orang yang menyerupai suatu kaum, ia bagian dari kaum tersebut.” HR. Abu Daud 4031, di hasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari 10/282, di shahihkan oleh Ahmad Syakir di Umdatut Tafsir 1/152. Maka, menyerupai disini termasuk menyerupai brand identity yang dimana ia bersifat dzahir atau empiris bisa dilihat. Termasuk simbol yang kita bahas diawal tadi. Jadi, Rasulullah sudah memperingatkan untuk hati-hati jangan menyerupai. Kalau nekat menyerupai, maka nanti kamu dianggap bagian dari mereka. BacaTaliban Abaikan Pengumuman Simbolik’ Obama Kita diajarkan oleh Rasulullah untuk empan papan’. Memperhatikan tradisi atau urf’ masyarakat. Termasuk masalah desain masjid. Urusan mendesain masjid hukum asalnya boleh. Namun jika menjadi sebab salah paham atau fitnah, maka ia menurut ahli fikih, hukumnya dapat berubah. Menjadi perkara yang dilarang atau makruh tergantung berat tidaknya resiko yang akan muncul. Hal ini bersesuaian dari nasehat para Ulama لاَ يَنْبَغِيْ الخُرُوْجُ مِنْ عَادَةِ النَّاسِ “Tidak seyogyanya untuk keluar dari adat manusia setempat.” Imam Ibnu Aqil Al-Hambali لُبْسُ الأَلْبِسَةِ الَّتِي تُخَالِفُ عَادَاتِ النَّاسِ مَكْرُوهٌ لِمَا فِيهِ مِنْ شُهْرَةٍ، أَيْ مَا يَشْتَهِرُ بِهِ عِنْدَ النَّاسِ وَيُشَارُ إِلَيْهِ بِالأْصَابِعِ، لِئَلاَّ يَكُونَ ذَلِكَ سَبَبًا إِلَى حَمْلِهِمْ عَلَى غِيبَتِهِ، فَيُشَارِكَهُمْ فِي إِثْمِ الْغِيبَةِ. “Memakai berbagai pakaian yang menyelisihi adat manusia di tempat seorang tinggal, hukumnya makruh dibenci, karena di dalamnya terdapat syuhrah tampil beda/ketenaran, artinya tampil benda/kelihatan menyolok di sisi manusia dan jari-jari manusia akan mengisyaratkan kepadanya menunjuknya. Hal itu agar tidak menjadi sebab yang akan membawa mereka untuk mengunjingnya, lalu dia berserikat dengan mereka dalam dosa mengunjing.” al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 6/136 Pembeda dalam Perang Ideologi Tak kalah penting juga perihal rebutan pemaknaan itu, bisa jadi penguat dirinya atau malah dijadikan senjata menyerang yang mematikan oleh musuhnya. Contohnya agenda pemutarbalikkan stigma radikal-teroris dan kaum Muslimin. Alatnya adalah identitas yang melekat dalam bentuk penampilan. Jadi, ada agenda stigmatisasi radikal dan teroris yang dilekatkan dengan penampilan seorang muslim yang mengikuti Sunnah. Tentu ini tidak adil dan beradab. Muslim yang mengikuti Sunnah Nabi, adalah muslim yang orang yang cinta Agamanya dan cinta Rasulullah ﷺ. Karena Muhammad ﷺ adalah manusia terbaik akhlaknya. Jauh dari sifat-sifat tercela, apalaigi jadi teroris. Namun, dengan alasan ditemukan beberapa segelintir teroris yang jenggotan, malah berkembang bahwa semua yang jenggotan diwaspadai radikal. Jenggotan Islam radikal? Hmm, apakah semua yang jenggotan seperti itu? Apa cuma orang muslim saja yang suka memelihara jenggot? Karl Marx yang Atheis jenggotnya sangat lebat juga. Pemikirannya radikal, tokoh revolusioner garis keras sosial-ekonomi Barat yang sangat anti kapitalisme. Menghalalkan revolusi dalam bentuk perebutan kekuasaan. Marx menulis buku yang berpengaruh sampai sekarang yakni Manifesto Komunis’ bersama kawannya yang jonggotnya tak kalah lebat juga, yakni Friedrich Engels. Mereka jenggotnya lebat-lebat, tapi kenapa ya sensinya cuma sama muslim yang jenggotan? Demikian yang terjadi. Brand identity penampilan sunnah itu kini telah berhasil secara efektif dimanfaatkan oleh orang yang tidak suka dengan Islam. Ia ditindih dan dicampuri pemaknaan baru dengan terorisme-radikalisme sehingga menimbulkan persoalan-persoalan misinterpretasi dan umat Muslim yang cinta penampilan sunnah seakan tersudut dan tersalahkan. Baca Mengenal Gerakan Yahudi Penutup Dalam kasus-kasus seperti ini, perlulah ditegakkan budaya tabayyun dan berfikir cerdas. Selain itu juga perlunya sikap adil dan bijak. Berlaku bagi designer dan masyarakat umum. Designer harus menghindari karya-karya yang akan membuat kontroversi dan netizen bersikap sopan, tidak mudah menilai dan berkomentar, agar tidak terjadi salah paham melulu. Mengingat juga kekurangan secara umum di era teknologi modern digital ini, banyak menimbulkan salah paham dan fitan gegara hal-hal sepele. Maka, kita perlu mempelajari kepentingan-kepentingan dari perbedaan pemikiran yang memiliki simbol-simbolnya sendiri itu. Juga mempelajari betul konspirasi-konspirasi yang ada secara mendalam, sehingga tidak mudah berkomentar dan menilai orang lain secara subjektif. Ini tidak memberi solusi dan tidak membangun, namun justru nambah lebih rumit lagi. Di zaman digital ini, visualisasi adalah bagian hal yang mendominasi. Ia memicu munculnya beragam misinterpretasi yang sangat sulit kita prediksi. Wallahua’lam.* Peserta Program Kaderisasi Ulama PKU XII UNIDA Gontor
MemaknaiSimbol-simbol .. (Petrus Lakonawa) 327 struktur dari semua elemen di dalam teks tersebut harus diperhatikan dengan seksama. Elemen-elemen sastrawi dari teks merupakan petunjuk atau sandi yang merujuk kepada makna yang dikandungnya. Dalam pendekatan ini, proses penafsiran dijalankan dengan cara mengurai dan memilah-milah Home Articles Simbol dalam Budaya Merupakan Babak dari Komunikasi Geertz intern Sobur, 2006 178 mengatakan bahwa kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam fon-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan yaitu sebuah sistem semenjak konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui mana individu berkomunikasi, mengekalkan, dan memerkembangkan pengetahuan tentang tamadun dan bersikap terhadap kehidupan ini. Menuding apa yang diungkapkan oleh Geertz tersebut bisa diambil sebuah pemahaman bahwa turunan, sebagai hamba allah berbudaya, berkomunikasi dengan melontarkan dan memaknai simbol melangkaui gayutan interaksi sosial nan terjadi. Simbol dengan demikian merupakan sebuah nubuat privat memerluas falak wawasan para masyarakat budaya. Proses komunikasi merupakan proses pemaknaan terhadap simbol-fon tersebut. Melalui pemaknaan inilah kemudian manusia mencari tahu dan berbagi akan halnya realitas. Melalui pemaknaan ini pulalah sosok mencekit peranannya dalam kebudayaan. Syam 2009 42 mengungkapkan bahwa tanda baca mengekspos sesuatu yang sangat berguna buat melakukan komunikasi. Berdasarkan apa yang disampaikan Syam tersebut, simbol dengan demikian memiliki peran utama dalam terjadinya komunikasi. Privat kajian interaksionisme simbolik, huruf angka seorang diciptakan dan dimanipulasi oleh individu-individu nan bersangkutan demi meraih pemahamannya, baik tentang diri maupun tentang mahajana. Pada dasarnya tanda baca dapat dimaknai baik dalam bentuk bahasa verbal atau bentuk bahasa non verbal pada pemaknaannya dan wujud konkret dari interaksi bunyi bahasa ini terjadi privat kegiatan komunikasi. Saat seorang komunikator memancarkan satu tanda-tanda pesan, baik oral maupun non verbal, komunikan berusaha memaknai stimuli tersebut. Di sinilah terjadi sebuah proses sosial dimana kedua belah pihak berusaha buat memberi andil terhadap proses komunikasi yang terjadi saat itu. Karena itu komunikasi sebenarnya tak bisa dilihat sebagai sebuah proses terlambat bagi berinteraksi antar simbol melainkan lebih jauh lagi, komunikasi yakni proses interaksi makna yang terkandung internal simbol-huruf angka yang digunakan. Dengan demikian, proses komunikasi dapat pula menjadi sarana nan digunakan bakal meperkenalkan sesuatu kepada pihak lain melangkahi lambang yang digunakannya lakukan memunculkan suatu pesan. Adapun perihal lambang alias huruf angka di sini menyangkut adapun simbol verbal yang disampaikan dengan memperalat bahasa dan pula lambang yang diperlihatkan melalui kebendaan, warna, dan hal penunjang lainnya. GM Dikutip berpangkal Thesis Dunia Intersubjektif Warga Penghayat Aliran Suluk Pelawatan, Unpad 2012 Gayes Mahestu budaya komunikasi simbol dakan Gesture (Gerak Isyarat), Simbol Signifikan, Mind (Pikiran), Self (Diri), Society (Masyarakat) (Ritzer, 2012: 603-604). Dedy Mulyana mengemukakan teori interaksi simbolik adalah "Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-
Kekuatan Simbol The Power of Symbol Berbicara mengenai simbol sama dengan masuk dalam sebuah diskusi panjang mengenai pencarian arti dan makna dari simbol. Dalam bahasa aslinya, Yunani, kata symbollein digunakan sebagai kata kerja yang artinya ialah mencocokkan. Lambat laun arti mencocokkan—dalam konteks tanda atau materai perjanjian—tersebut berubah arti menjadi tanda pengenalan. Sesuatu dikenali melalui simbol. Dalam keragaman pemikiran mengenai simbol tersebut, dua refren utama yang disepakati bersama ialah, pertama, simbol telah dan sampai detik ini masih mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kedua, simbol merupakan alat yang kuat untuk memperluas pengetahuan kita, merangsang daya imaginasi kita dan memperdalam pemahaman kita. Selama manusia masih mencari arti dari sebuah kehidupan, manusia tidak akan pernah bisa lepas dari simbol. Apakah Makna Dari Simbol?Kini sejenak kita akan melihat pandangan beberapa filsuf maupun teolog mengenai bagaimana mereka memahami dan memaknai Cassirer1. Dalam bukunya yang berjudul An Essay on Man ia memulai dengan bab yang berjudul The Crisis of Man’s Knowledge of Himself. Ia menunjukkan bahwa pada masa sekarang manusia memiliki kelimpahan sumber-sumber pengetahuan. Kelimpahan sumber pengetahuan tersebut telah membanjiri manusia dengan kelimpahan data. Tepat pada kondisi tersebut Cassirer melihat bahwa manusia sebenarnya sedang mengalami krisis. Manusia berkelimpahan data tetapi manusia tidak mempunyai metode untuk menata data-data tersebut. Krisis itu digambarkannnya seperti sebuah labirin. Pertanyaaanya ialah bagaimana mencari benang Ariadne untuk keluar dari labirin Untuk keluar dari labirin tersebut ia menyatakan bahwa manusia memiliki “hubungan ketiga”. Manusia—sama seperti semua mahluk hidup—mempunyai sistem refektor dan sistem efektor. Tetapi, manusia juga memiliki daya kemampuan untuk memasukkan di antara kedua sistem tersebut suatu sistem simbol. Sistem simbol inilah yang membuat manusia tidak merespon secara langsung dan segera atas stimulus yang datang. Manusia dapat menafsirkan stimulus-stimulus yang ada. Bentuk-bentuk simbol yang digunakan manusia dalam usaha menafsirkan stimulus itu berpotensi memperbesar pengetahuan dan kepekaan serta mengarahkan pada tindakan yang kreatif. Manusia hidup dalam alam semesta simbolis. Bahasa, mite, kesenian dan agama ialah bagian-bagian dari alam semesta Berkeyakinan bahwa dalam hiudpnya manusia membutuhkan hubungan ketiga yang adalah sistem simbol. Dengan menggunakan bentuk-bentuk simbolis, manusia telah mencapai kemajuan sampai tingkat yang sangat tinggi di dunia sekarang ini, dan hanya dengan membangun bentuk-bentuk simbolis yang baru kemajuaan tingkat tinggi itu dapat TillichDalam membicarakan simbol Tillich memberikan ciri-ciri dasar dari Simbol bersifat figuratif, selalu menunjuk sesuatu yang diluarnya. Baginya simbol berbeda dengan tanda. Simbol mengambil bagian dalam realitas yang ditunjuknya dan mewakili sesuatu yang diwakilinya sampai tingkat tertentu. Sedangkan tanda bersifat univok, arbitrer dan dapat diganti; tanda tidak mempunyai hubungan intrinsik dengan sesuatu yang Simbol dapat dicerap baik sebagai bentuk objektif maupun sebagai konsepsi Simbol membuka dimensi-dimensi roh batiniah manusia sehingga terwujudlah suatu korespondensi dengan segi-segi realitas tertinggi. Simbol memperluas penglihatan tentang realitas Simbol mempunyai akar dalam masyarakat dan mendapat dukungan dari masyarakat. Simbol hidup oleh karena hubungannya dengan suatu kebudayaan yang khusus. Jika simbol tidak lagi membangkitkan respon yang vital maka simbol itu mati. Paul Ricoeur1. Ia mendefinisikan simbol sebagai struktur makna di mana suatu arti yang langsung, primer, harafiah menunjukkan arti lain yang tidak langsung, sekunder dan figuratif serta yang hanya dapat dipahami hanya melalui yang Dalam bukunya The Symbolism of Evil ia melukiskan arti kotor, tercemar secara jasmani sebagai simbol ketidakmurnian manusia dalam hubungannya dengan Yang Kudus. Tercemar atau terkena noda secara alami disebutnya sebagi intensionalitas pertama. Ia kemudian melanjutkan pada intensionalitas kedua yaitu melalui apa yang secara jasmani tidak bersih, menggambarkan situasi di mana manusia dalam hubungannya dengan Yang Kudus mengalami ketercemaran, Jadi arti harafiah itu menunjukkan sesuatu arti yang lebih jauh. Kotor dan tercemar secara jasmani di sana menggambarkan ketidakmurnian manusia dalam hubungan dengan Yang Kudus. Dengan itu, arti yang pertama menujuk secara analogis kepada yang arti kedua yang tidak diberikan secara lain kecuali dalam arti pertama. Kotor dan tercemar secara jasmani menjadi simbol ketidakmurnian dalam hubungan manusia dengan Yang-Kudus. Karl RahnerPembahasan tema simbol oleh Rahner dibahas dalam kerangka teologi simbol. Baginya sistem simbolisme itu sendiri termasuk dalam kodrat ke-Allah-an itu sendiri. Maka dari itu ia memahami simbol sebagai Simbol tidak pernah boleh dipandang sebagai suatu yang terpisah dari hal yang Suatu objek atau suatu diri terungkap dalam simbol dan dengan demikian menjadi hadir dalam Simbol merupakan kehadiran nyata4. Simbol tidak memisahkan ketika mengantarai, tetapi mempersatukan dengan Simbol dipersatukan dengan hal yang disimbolkannya karena hal yang disimbolkannya membentuk simbol sebagai realisasi dirinya sendiri. Ia mengatakan, “…Allah sendiri merupakan realitas keselamatan sebab realitas keselamatan ini diberikan kepada manusia dan ditangkap dengan simbol; simbol bukan merupakan realitas yang tidak hadir dan terjanji semata-mata, tetapi menujukkan realitas sebagai sesuatu yang hadir melalui simbol yang dibentuknya”. Mircea Eliadea. Dalam pemakanaan mengenai simbol Eliade mengarahkan pemikirannya kepada; 1 barang dan peristiwa khusus, untuk kemudian 2 mencari arti arti penting dari barang dan peristiwa khusus tersebut, untuk akhirnya 3 menghubungkan manusia dengan yang Ia menekankan secara khusus apa yang disebutnya hierofani, yaitu manifestasi dari yang kudus dalam konteks dunia sekular. Baginya manifestasi-manifestasi itu mengambil tempat sebagai Fungsi simbol baginya ialah mengubah suatu barang atau tindakan menjadi sesuatu yang lain daripada yang kelihatan dari barang atau tindakan itu di mata bukunya “The History of Relogions Essay in Methodology” ia mengemukakan ciri-ciri simbol1. Multivalen, metaempiris, artinya simbol selalu menunjuk sesuatu yang lebih jauh yaitu kepada Yang-Kudus, realitas Simbol bukanlah sebuah penujuk yang tidak ada hubungannya dengan manusia aktif. Simbol selalu tertuju pada suatu realitas atau situasi yang melibatkan esksistensi manusia3. Dengan demikian simbol memberi makna dan arti ke dalam eksistensi manusia. Apakah Fungsi Simbol?Dengan melihat makna atau arti simbol dari beberapa tokoh di atas sebenarnya secara tidak langsung fungsi dari simbol tersebut sedikit banyak telah garis besar fungsi simbol dapat dilihat sebagai Menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan dan gambaran mengenai komponen-komponen dari pengalaman-pengalaman. Whitehead2. Mengungkapkan yang universal bukan sebagai impian atau bayangan, melainkan sebagai wahyu yang hidup. Goethe3. Memperluas pengetahuan, merangasang daya imaginasi dan memperdalam pemahaman manusia. Dillistone4. Mengambil bagian dalam realitas yang ditunjuknya dan mewakili sesuatu yang diwakilinya sampai tingkat tertentu Paul Tillich5. Membukakan kepada manusia adanya tingkat-tingkat realitas yang tidak dapat dimengerti dengan cara lain. Hal ini khususnya berlaku pada simbol-simbol seni. Paul Tillich6. Membuka dimensi-dimensi roh batiniah manusia sehingga terwujudlah suatu korespondensi dengan segi-segi realitas tertinggi. Dillistone7. Mengubah suatu barang atau tindakan menjadi sesuatu yang lain daripada yang kelihatan dari barang atau tindakan itu di mata profan. Mircea Eliade8. Menyatakan suatu realitas suci atau kosmologis yang tidak dapat dinyatakan oleh manifestasi lainnya. Simbol menciptakan solidaritas tetap antara manusia dan yang kudus. Mircea Eliade9. Memberi arti atau makna ke dalam eksistensi manusia. Mircea EliadeKesimpulanDari beberapa pandangan mengenai ARTI dan FUNGSI simbol di atas kini dapat ditarik sebuah benang merah yang dapat diterima bersama. Simbol dapat dipandang sebagai1. suatu kata atau barang atau objek atau tindakan atau peristiwa atau pola atau pribadi atau hal yang kongkret;2. yang mewakili atau menggambarkan atau mengisyaratkan atau menandakan atau mengungkapkan atau menerangi3. sesuatu yang lebih tinggi atau transenden atau yang lebih besar atau sebuah makna, atau realitas atau kepercayaan atau suatu keadaan. Maka dari itu, fungsi dasar simbol ialah menjembatani, menghubungkan jurang antara dunia nomor 1 dengan dunia nomor 3. Dengan kata lain simbol berfungsi menghubungkan dua entitas yang berbeda. Tetapi dengan cara yang lain simbol dapat menggambarkan atau mengingatkan atau menunjuk kepada apa yang disimbolkan jika Manusia Kehilangan Bahasa Simbolis?Dalam bukunya yang berjudul Images and Symbols Eliade menuliskan, “Symbols not only disclose a structure of the real or even a dimension of existence, at the same time they carry a significance for human existence.” Symbolism, The Sacred and The Art, 1961 Manusia tidak bisa dilepaskan dari sistem simbol. Seperti yang diungkapkan oleh Cassirer, justru sistem simbol inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Dengan adanya simbol-simbol kebudayaan, seni, agama, dll manusia dapat menafsirkan stimulus-stimulus yang ada tidak secara langsung dan segera seperti yang terjadi pada manusia kehilangan bahasa simbolisnya maka;1. Manusia akan kehilangan kesadaran, pemahaman dan gambaran-gambaran pengalamannya. Manusia tidak bisa memaknai pengalaman-pengalamannya Manusia tidak akan berkembang karena tanpa adanya simbol manusia kehilangan daya pemahaman dan Manusia akan kehilangan cara berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Karena dengan simbol, ikatan-ikatan relasi dalam lingkungan sosial dapat Manusia tidak akan mengenal dimensi roh batiniah dalam dirinya. Dengan itu manusia juga tidak akan pernah mengalami korespondensi dengan realitas Manusia tidak akan pernah terbuka untuk berhubungan dengan realitas tertinggi, yang kudus. Seperti yang diungkapkam oleh Rahner, simbolisme itu sendiri ialah bagian dari kodrat Akhirnya, tanpa simbol dapat diartikan bahwa manusia sebenarnya tidak ada, karena simbol yang paling kuat sebenarnya ialah manusia yang hidup.
. 193 459 299 317 95 148 95 8

bagaimana cara manusia memaknai simbol